Thursday, October 18, 2007
TAQOBBALALLAHU MINNA WA MINKUM
ASSALAMU'ALAIKUM WR. WB. SAYA MENGUCAPKAN SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1428 H, SEMOGA AMAL IBADAH KITA TERUTAMA DI BULAN RAMADHAN DI TERIMA ALLAH SWT. MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN PADA SEMUA YANG PERNAH MEMBUKA WEB BLOG KAMI. WASSS..
Wednesday, October 3, 2007
Tuesday, October 2, 2007
SEJARAH ISLAM DI INDONESIA
Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah.
Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara besar-besaran. Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara, adalah yang pertama sekali menerima agama Islam. Bahkan di Acehlah kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni Pasai. Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim dari Maghribi., yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi'i. Adapun peninggalan tertua dari kaum Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya adalah makam seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan Singasari. Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan makam para pedagang Arab.
Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan lil'alamin.
Dengan masuk Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak. Yang terbesar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah-demi daerah di Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke 17 dan 18 Masehi. Penyebabnya, selain karena kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali para penjajah - terutama Belanda - menundukkan kerajaan Islam di Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka. Maka terputuslah hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan ummat Islam Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi.
Semenjak awal datangnya bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 Masehi ke kepulauan subur makmur ini, memang sudah terlihat sifat rakus mereka untuk menguasai. Apalagi mereka mendapati kenyataan bahwa penduduk kepulauan ini telah memeluk Islam, agama seteru mereka, sehingga semangat Perang Salib pun selalu dibawa-bawa setiap kali mereka menundukkan suatu daerah. Dalam memerangi Islam mereka bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan pribumi yang masih menganut Hindu / Budha. Satu contoh, untuk memutuskan jalur pelayaran kaum Muslimin, maka setelah menguasai Malaka pada tahun 1511, Portugis menjalin kerjasama dengan Kerajaan Sunda Pajajaran untuk membangun sebuah pangkalan di Sunda Kelapa. Namun maksud Portugis ini gagal total setelah pasukan gabungan Islam dari sepanjang pesisir utara Pulau Jawa bahu membahu menggempur mereka pada tahun 1527 M. Pertempuran besar yang bersejarah ini dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah Arab Gujarat, yaitu Fadhilah Khan Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan gelarnya, Fathahillah. Sebelum menjadi orang penting di tiga kerajaan Islam Jawa, yakni Demak, Cirebon dan Banten, Fathahillah sempat berguru di Makkah. Bahkan ikut mempertahankan Makkah dari serbuan Turki Utsmani.
Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum muslimin Nusantara, namun di sisi lain membuat pendalaman akidah Islam tidak merata. Hanya kalangan pesantren (madrasah) saja yang mendalami keislaman, itupun biasanya terbatas pada mazhab Syafi'i. Sedangkan pada kaum Muslimin kebanyakan, terjadi percampuran akidah dengan tradisi pra Islam. Kalangan priyayi yang dekat dengan Belanda malah sudah terjangkiti gaya hidup Eropa. Kondisi seperti ini setidaknya masih terjadi hingga sekarang. Terlepas dari hal ini, ulama-ulama Nusantara adalah orang-orang yang gigih menentang penjajahan. Meskipun banyak diantara mereka yang berasal dari kalangan tarekat, namun justru kalangan tarekat inilah yang sering bangkit melawan penjajah. Dan meski pada akhirnya setiap perlawanan ini berhasil ditumpas dengan taktik licik, namun sejarah telah mencatat jutaan syuhada Nusantara yang gugur pada berbagai pertempuran melawan Belanda. Sejak perlawanan kerajaan-kerajaan Islam di abad 16 dan 17 seperti Malaka (Malaysia), Sulu (Filipina), Pasai, Banten, Sunda Kelapa, Makassar, Ternate, hingga perlawanan para ulama di abad 18 seperti Perang Cirebon (Bagus rangin), Perang Jawa (Diponegoro), Perang Padri (Imam Bonjol), dan Perang Aceh (Teuku Umar). (from: www. ummah.........)
Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah.
Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara besar-besaran. Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara, adalah yang pertama sekali menerima agama Islam. Bahkan di Acehlah kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni Pasai. Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim dari Maghribi., yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi'i. Adapun peninggalan tertua dari kaum Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya adalah makam seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan Singasari. Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan makam para pedagang Arab.
Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan lil'alamin.
Dengan masuk Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak. Yang terbesar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah-demi daerah di Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke 17 dan 18 Masehi. Penyebabnya, selain karena kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali para penjajah - terutama Belanda - menundukkan kerajaan Islam di Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka. Maka terputuslah hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan ummat Islam Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi.
Semenjak awal datangnya bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 Masehi ke kepulauan subur makmur ini, memang sudah terlihat sifat rakus mereka untuk menguasai. Apalagi mereka mendapati kenyataan bahwa penduduk kepulauan ini telah memeluk Islam, agama seteru mereka, sehingga semangat Perang Salib pun selalu dibawa-bawa setiap kali mereka menundukkan suatu daerah. Dalam memerangi Islam mereka bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan pribumi yang masih menganut Hindu / Budha. Satu contoh, untuk memutuskan jalur pelayaran kaum Muslimin, maka setelah menguasai Malaka pada tahun 1511, Portugis menjalin kerjasama dengan Kerajaan Sunda Pajajaran untuk membangun sebuah pangkalan di Sunda Kelapa. Namun maksud Portugis ini gagal total setelah pasukan gabungan Islam dari sepanjang pesisir utara Pulau Jawa bahu membahu menggempur mereka pada tahun 1527 M. Pertempuran besar yang bersejarah ini dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah Arab Gujarat, yaitu Fadhilah Khan Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan gelarnya, Fathahillah. Sebelum menjadi orang penting di tiga kerajaan Islam Jawa, yakni Demak, Cirebon dan Banten, Fathahillah sempat berguru di Makkah. Bahkan ikut mempertahankan Makkah dari serbuan Turki Utsmani.
Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum muslimin Nusantara, namun di sisi lain membuat pendalaman akidah Islam tidak merata. Hanya kalangan pesantren (madrasah) saja yang mendalami keislaman, itupun biasanya terbatas pada mazhab Syafi'i. Sedangkan pada kaum Muslimin kebanyakan, terjadi percampuran akidah dengan tradisi pra Islam. Kalangan priyayi yang dekat dengan Belanda malah sudah terjangkiti gaya hidup Eropa. Kondisi seperti ini setidaknya masih terjadi hingga sekarang. Terlepas dari hal ini, ulama-ulama Nusantara adalah orang-orang yang gigih menentang penjajahan. Meskipun banyak diantara mereka yang berasal dari kalangan tarekat, namun justru kalangan tarekat inilah yang sering bangkit melawan penjajah. Dan meski pada akhirnya setiap perlawanan ini berhasil ditumpas dengan taktik licik, namun sejarah telah mencatat jutaan syuhada Nusantara yang gugur pada berbagai pertempuran melawan Belanda. Sejak perlawanan kerajaan-kerajaan Islam di abad 16 dan 17 seperti Malaka (Malaysia), Sulu (Filipina), Pasai, Banten, Sunda Kelapa, Makassar, Ternate, hingga perlawanan para ulama di abad 18 seperti Perang Cirebon (Bagus rangin), Perang Jawa (Diponegoro), Perang Padri (Imam Bonjol), dan Perang Aceh (Teuku Umar). (from: www. ummah.........)
SITUS SEJARAH ISLAM
13 Tahun Menjelajah Situs Sejarah Islam
Akui Situs Nusantara Paling Lengkap
Akui Situs Nusantara Paling Lengkap
Banyak pengalaman spiritual yang mereka peroleh saat menjelajahi situs-situs peninggalan sejarah Islam yang umumnya berada di tanah Arab. Termasuk kejadian di luar dugaan. Karena begitu terkesan, mereka ingin membuat sebuah buku catatan perjalanan. ------
SEBAGAI muslim yang berasal dari tanah Melayu, para kru Jejak Rasul selama menjelajahi situs-situs peninggalan Islam di kawasan Timur Tengah menemukan banyak hal baru. Sesuatu yang tidak mereka dapati dalam kultur masyarakat Malaysia atau Indonesia. Misalnya, saat berada di Iran, mereka menemukan hal menarik. Salah satunya fatwa mengenai cara meminum kopi. Sesuai fatwa itu, minum kopi yang baik tidak boleh dicampur gula dalam satu cangkir atau gelas. Yang benar, gula batu dimasukkan ke dalam mulut, baru kemudian meminum kopi pahit. Di mulut itulah kopi dan gula dicampur.
"Banyak sekali fatwa di Iran. Sampai meminum kopi pun dibuatkan fatwa," ujar Jasmi Shahir, anggota tim Jejak Rasul.Selain itu, 13 tahun terus berkelana di negeri-negeri yang belum mereka kenal membuat wawasan anggota tim semakin kaya. Mulai soal bahasa, cuaca, hingga budaya setempat. Yang paling berkesan, mereka mendapat pengalaman perjalanan spiritual yang bisa mempertebal iman dan keyakinan terhadap Islam. Menurut Jasmi, banyak kejadian di luar dugaan. Misalnya, saat timnya berada di Danau Manzala, dekat Sungai Nil di Mesir. Mereka pun berkhayal seandainya makan ikan dari sungai itu, pastilah sedap. "Eh, usai salat Jumat, kami diajak satu keluarga ke rumah mereka. Di sana kami disuguhi ikan yang kami khayalkan tadi," katanya.
Meski kebanyakan negeri yang mereka kunjungi berada di tanah Arab, tidak semua anggota tim bisa berbahasa Arab. "Saat hunting lokasi, biasanya kami berenam. Ada yang bisa bahasa Arab. Tapi, lebih banyak yang tak bisa. Sebab, bahasa Arab setiap negara berbeda. Paling susah, bahasa warga Aljazair. Mereka mencampur bahasa Arab dengan bahasa Prancis," tutur pria 46 tahun yang kini menjabat produser senior TV3 Malaysia itu. Setiap episode, tim Jejak Rasul tak sekadar mendatangi masjid, museum atau tempat sejarah lain. Mereka juga membuat ilustrasi peristiwa sejarah untuk menggambarkan perjalanan Islam. Misalnya, menggambarkan bagaimana kekejaman di zaman jahiliah.Karena itu, mereka juga merekrut penduduk setempat sebagai aktor untuk menggambarkan ilustrasi yang dibuat. Selain itu, mereka menyiapkan properti untuk mendukung peristiwa di zaman lampau. Untuk urusan terakhir itu, selain waktu dan tenaga ekstra, mereka harus mengeluarkan dana yang cukup besar. Dia mencontohkan saat tim membuat ilustrasi penyiksaan zaman jahiliah yang dilakukan Ammar Bin Yasir di Syria. Saat itu tim harus menghabiskan dana USD 10 ribu (sekitar Rp 95 juta) untuk membuat tayangan pendek berdurasi kurang dari lima menit."Kami harus merekrut 20 orang Syria untuk melakonkan adegan itu. Selain itu, kami harus menyiapkan 10 kuda, 10 unta, dan pakaian yang digunakan orang-orang di zaman jahiliah," tandasnya.
Khusus edisi Jejak Rasul di wilayah Asia Tenggara, tim mengaku terkesan saat menelusuri Indonesia. Mereka kagum karena begitu banyak situs perjalanan Islam di tanah air, termasuk Pulau Jawa."Kami rasa Indonesia punya paling banyak sejarah Islam di Asia Tenggara. Kami mengelilingi Jawa, Sumatera, Bali, hingga Sulawesi. Banyak peninggalan kerajaan Islam. Juga sejarah yang ditinggalkan oleh Walisongo. Kami mengunjungi makam-makam para wali," kata Jasmi. Tahun ini tim berkeliling ke lima negara di tanah Arab. Yakni, Yaman, Jordania, Syria, Mesir, dan Saudi Arabia. "Di Mesir kami bercerita soal sahabat nabi seperti Abu Darda atau Amru Bin Al-Ass," kata Jasmi yang sudah 23 tahun bekerja di TV3 itu.
Perjalanan 13 tahun cukup panjang dan melelahkan bagi tim Jejak Rasul. Mereka menjadi saksi mata atas sisa-sisa perjalanan Islam. Saking banyaknya pengalaman dan hal baru yang ditemukan, mereka menyimpan asa untuk mengabadikan perjalanannya itu dalam sebuah buku."Namun, sekarang kami hanya punya tujuan bagaimana menyumbang bagi syiar Islam. Berdakwah dan mendidik masyarakat tidak harus ke surau atau masjid. Bisa juga melalui layar kaca seperti yang sudah kami lakukan," kata Jasmi. (Hafid Abdurahman dari Kuala Lumpur)
(JAWA POS, RABU 3 OKTOBER 2007)
ARTIKEL "PUASA ITU SEHAT"
Puasa Itu Sehat
Oleh:Rochmad RomdoniPuasa dengan menahan lapar dan dahaga serta hawa nafsu selama lebih dari 12 jam tentu bukan hal mudah. Namun, jika dijalankan dengan benar mulai sahur hingga berbuka puasa, banyak sekali manfaat positif bagi kesehatan jiwa dan fisik kita. Puasa memberikan manfaat yang besar bagi kesehatan tubuh. Di beberapa negara maju, puasa dijadikan terapi terhadap beberapa penyakit degeneratif.Puasa Ramadan dimaksudkan untuk melatih umat Islam berdisiplin, mampu menahan diri, dan mengingat bagaimana beratnya keadaan orang yang miskin. Umat Islam yang berpuasa diharuskan tidak makan dan minum, termasuk mengonsumsi obat-obatan dan cairan nutrisi intarvena, mulai sebelum matahari terbit sampai terbenam. Puasa secara kimia tidak diakhiri ketika simpanan karbohidrat di tubuh mulai digunakan sebagai sumber energi. Ia akan terus berlanjut selama simpanan lemak dan karbohidrat digunakan untuk energi. Berbeda dengan pemakaian simpanan protein. Ketika simpanan protein dihabiskan untuk energi, yang mengakibatkan hilangnya masa otot, secara teknis orang bersangkutan akan merasa kelaparan.Kegiatan puasa yang dirangkai dengan salat tarawih sebulan penuh, tidak hanya bermanfaat sebagai terapi kesehatan, namun tanpa disadari juga memberikan kebugaran. Dengan salat sunah tarawih dan witir sebanyak 11 hingga 23 rakaat, tubuh diajak untuk "berolahraga" secara rutin kurang lebih 1 hingga 2 jam setiap hari selama sebulan. Tidak heran jika sebulan kemudian, badan bisa tampil lebih fit dan bugar. Tampil lebih bugar dan fit dengan berat tubuh yang berkurang, memang sangat mungkin terjadi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan berat badan pada individu normal antara 1-4 kg setelah berpuasa penuh pada Ramadan. Dan, puasa Ramadan yang dilakukan selama 29 atau 30 hari, tanpa kita sadari mampu memurnikan racun tubuh melalui usus besar, ginjal, paru-paru, kelenjar limfa, dan kulit.Dari aspek gizi, puasa paling tidak akan mengurangi asupan zat gizi, terutama kalori, sekitar 20 persen sampai 30 persen. Namun, dari aspek kesehatan, puasa ternyata memberi manfaat terhadap tubuh orang yang menahan lapar dan haus tersebut. Puasa sebagaimana diketahui dari ajaran agama, memberi manfaat bagi kesehatan tubuh dan jiwa pelakunya. Tidak sedikit komunitas pengguna pengobatan alternatif di dunia meyakini bahwa berpuasa dapat memberikan keajaiban bagi tubuh manusia. Karena itu, wajar bila ajaran ini juga dikenal dalam masyarakat Kristen dan masyarakat Yahudi.Orang berpuasa akan mengalami perubahan bentuk tubuh, akibat kurang makan dan minum. Kurangnya masukan energi pada orang berpuasa membuat tubuh harus mencari sumber energi yang tersimpan di dalamnya. Fungsi ini disebut autolisis. Autolisis adalah terpakainya simpanan lemak tubuh untuk dijadikan sumber energi tubuh.***Banyak sarjana tertarik meneliti hubungan puasa dengan kesehatan jasmani. Ternyata, makin mereka selidiki makin banyak mereka dapatkan hal-hal yang menyangkut kesehatan jasmani manusia yang tidak dapat dipisahkan dengan aktivitas puasa.Sebagaimana dikutip Dr Subki Abdul Kadir dan Dr Alan Colt dari Amerika dalam penelitiannya yang didukung penemuan Dr Yuri Nicolayev dari Rusia bahwa berpuasa akan dapat membuat kemampuan seseorang menjadi lebih muda, baik fisik maupun mental spiritual. Keadaan ini dapat diterangkan dengan hasil penelitian Dr A.A.Yusuf dkk. Disimpulkan bahwa pada akhir puasa ini diupayakan mengembalikan peranan mekanisme otoregulasi sistem andrenergik yang pada keadaan sebelumnya selama berpuasa Ramadan, mungkin telah mengalami penurunan aktivitas pada sistem simpatis.Bagi umat Islam hubungan puasa dan kesehatan sebenarnya tidak asing lagi. Mengenai pengaturan makan pada umumnya, atau puasa pada khususnya, terdapat ketentuan tegas dan jelas. Allah SWT memberikan pedoman kepada kita bagaimana seharusnya mengatur makan: "Dan makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan" (terjemah Alquran S7: 31).Sementara, Rasulullah SAW bersabda: Kami (adalah umat) yang makan hanya bila kami merasa lapar, dan bila kami makan maka kami tiadalah sampai kenyang." (Al Hadits) Dalam kesempatan lain, Nabi juga bersabda: Perut itu rumah segala penyakit, dan penjagaan atas makanan adalah permulaan pengobatan. Permulaan segala penyakit adalah mengisi perut secara berlebihan." (Al Hadits)Berpuasa ternyata juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Mekanismenya antara lain dengan pengurangan konsumsi kalori akan membuat berkurangnya laju metabolisme energi. Buktinya, suhu tubuh orang berpuasa akan menurun, dan itu menunjukkan adanya pengurangan konsumsi oksigen.Manfaat puasa, menurut beberapa hasil penelitian ilmiah, antara lain dapat mengurangi risiko stroke. Puasa juga dapat memperbaiki kolesterol darah. Kadar kolesterol darah yang tinggi dalam jangka panjang akan menyumbat saluran pembuluh darah dalam bentuk aterosklerosis (pengapuran atau pengerasan pembuluh darah). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa puasa dapat meningkatkan kolesterol darah HDL (yang sehat) 25 mg persen, dan menurunkan lemak trigliserol sekitar 20 mg persen. Lemak trigliserol merupakan bahan pembentuk kolesterol LDL (yang merusak kesehatan).Mereka yang memiliki tekanan darah tinggi ringan sampai sedang bersamaan dengan kelebihan berat badan dianjurkan berpuasa. Sebab, puasa dapat membantu menurunkan tekanan darah. Namun, mereka yang mengidap hipertensi berat atau sakit jantung diharapkan tidak berpuasa, atau dapat berkonsultasi dengan dokter ahlinya.Manfaat puasa yang paling dapat dibuktikan secara alamiah adalah peremajaan kembali dan perpanjangan harapan hidup. Metabolisme lebih rendah, produksi protein lebih efisien, meningkatnya sistem kekebalan, dan bertambahnya produksi hormon berkontribusi terhadap manfaat puasa. Hormon anti-penuaan juga dihasilkan lebih efisien selama berpuasa.Puasa, bagi orang sehat, juga akan mengurangi risiko terkena penyakit diabetes tipe 2. Mekanismenya adalah pengurangan konsumsi kalori secara fisiologis akan mengurangi sirkulasi hormon insulin dan kadar gula darah. Ini akan meningkatkan sensitivitas hormon insulin dalam menormalkan kadar gula darah dan menurunkan suhu tubuh. Pengontrolan gula darah yang baik akan mencegah penyakit diabetes tipe 2, yang disebabkan hormon insulin tidak sensitif lagi mengontrol gula darah.Puasa sangat bagus dalam menurunkan kadar gula dalam darah hingga mencapai kadar seimbang. Berdasarkan ini, puasa sesungguhnya memberikan kesempatan kepada kelenjar pankreas untuk beristirahat. Maka, pankreas pun mengeluarkan insulin yang menetralkan gula menjadi zat tepung dan lemak. Sudah banyak dilakukan usaha pengobatan terhadap diabetes dengan mengikuti "sistem puasa" selama lebih dari 10 jam dan kurang dari 20 jam. Setiap kelompok mendapatkan pengaruh sesuai keadaan. Kemudian, para penderita mengonsumsi makanan ringan secara berurutan yang kurang dari 3 minggu. Metode ini telah mencapai hasil menakjubkan dalam pengobatan diabetes dan tanpa menggunakan satu pun obat kimiawi. (*)Prof Dr Rochmad Romdoni, Direktur Rumah Sakit Umum Haji Surabaya
(JAWA POS, 3 OKTOBER 2007)
kisahku
Sungguh perjalanan hidupku kian membaik, meskipun masalah silih berganti namun tetap aku hdapi dengan hati yang lapang. and.................
KEGIATANKU DI BULAN RAMADHAN
SPESIAL THANKS FOR.....
TRIMAKASIH KEPADA UST. WAHYUDIN YANG TELAH MEMBANTU DALAM PENYELESAIAN HEADER BLOGER SAYA. SEMOGA MENJADI AMALAN YANG BAIK. AMIIN
Subscribe to:
Posts (Atom)